Selasa, Juni 19, 2012

Sepeda Motor Bukan Untuk Anak Anak


C i i i i i i t t t t . . . . . . . . . . ! ! ! ! ! !

Secara reflek saya injak pedal rem dengan dalam hingga anak saya yang baru berusia 4 tahun, yang ketika itu duduk dibelakang merasakan hampir terlempar ke depan . . . . .

Seketika itu detak jantung saya bergerak cepat, bila saya reflek tak bekerja, bisa saja saya menabrak dua buah sepeda motor yang tiba-tiba ngerem mendadak di depan saya.



Dalam hati saya bertanya, "Ada apaan sih, sampai-sampai dua sepeda di depan  saya ngerem mendadak...!" Setelah berapa saat baru saya tau bahwa ternyata di depan mereka ada satu sepeda motor lain yang seenaknya memotong jalan dari kiri menyeberang menuju ke puturan ( U turn ).

Tiga orang anak laki-laki dengan umur sekitar 15 tahun-an terlihat berada di atas satu motor bebek hitam sambil tertawa. Sepertinya mereka tidak menyadari bahwa baru saja mereka hampir saja membuat dirinya hampir mati konyol di jalan raya. Kelakuan yang ugal-ugalan bukan hanya bahaya bagi mereka tetapi juga orang lain yang berada disekitarnya.

Saya tak habis pikir, mengapa orang tua membiarkan anaknya belum dewasa naik sepeda motor di jalan raya? Mungkin ada rasa bangga ketika anak mereka bisa mengendarai sepeda motor. Tapi sadarkah bahwa motor bukan mainan? Anak seumur itu bahkan kakinya belum sempurna menjejak tanah saat dia duduk di atas sadel motor.

Anak-anak juga secara psikologis belum stabil. Dengan emosi yang masih labil, dan pemahaman yang belum sempurna atas kendaraan yang tungganginya, mereka belum sepenuhnya bisa mengendalikan kecepatan. Karena suatu sebab, anak bisa kaget dan salah kontrol, misalnya memutar kontrol gas berlebihan, kecepatan jadi tak terkendali. Fatal.

Para orang tua sadarilah! Sepeda motor bukanlah mainan anak-anak. Motor bisa jadi mesin pembunuh. Apalagi membiarkan mereka melewati jalan raya yang ramai, tanpa dibekali dengan pengetahuan memadai tentang keselamatan lalu lintas. Tanpa anda sadari seperti sedang mengirim anak anda rumah sakit, mungkin untuk mendapatkan amputasi salah satau anggota tubuhnya, atau bahkan ke kuburan!

Saya sering menyaksikan anak-anak usia SMP, bahkan SD, naik sepeda motor. Tanpa helm, kecepatan tinggi, mengabaikan banyak aturan (mungkin karena memang  belum paham), termasuk lampu merah. Saya pernah juga mendengar ataupun melihat langsung kecelakaan sepeda motor yang terjadi pada anak-anak akibat cara mengendarai yang tidak benar.

Secara peraturan sudah membatasi umur minimal bagi pemegang SIM. Peraturan itu dibuat dengan pertimbangan. Utamanya pertimbangan emosinal pengemudi yang tentunya tujuannya untuk keselamatan. Mengabaikannya berarti mengabaikan keselamatan kita.


Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...